(mawaddatan wa rahmatan)
ALLAH TA’ALA berfirman dalam Surah Ar-Ruum, Ayat 20 dan Ayat 21,
maksudnya:
“Dan di antara tanda-tanda yang membuktikan
kekuasaanNYA (menghidupkan kamu semula), bahawa IA (ALLAH) menciptakan kamu dari
tanah; setelah sempurna sahaja peringkat-peringkat
kejadian kamu, kamu menjadi manusia yang hidup bertebaran di muka bumi.” (Ayat 20)
“Dan di antara tanda-tanda yang membuktikan
kekuasaanNYA dan rahmatNYA, bahawa IA (ALLAH) menciptakan untuk kamu (wahai
kaum lelaki), isteri-isteri dari jenis diri kamu sendiri, supaya kamu bersenang
hati dan hidup mesra dengannya, dan dijadikanNYA di antara kamu (suami isteri)
perasaan kasih sayang dan belas kasihan.
Sesungguhnya yang demikian itu mengandungi
keterangan-keterangan (yang menimbulkan kesedaran) bagi orang-orang yang
berfikir.” (Ayat 21)
ALLAH TA’ALA says:
“And among His Signs is this, that He (ALLAH) created
you (Adam) from dust, and then [Hawa (Eve) from Adam’s rib, and then his offspring
from the semen, and] - behold you are human beings scattered!” (V30: 20)
“And among His Signs is this, that He (ALLAH) created
for you wives from among yourselves, that you may find repose in them, and He (ALLAH)
has put between you affection and mercy.
Verily, in that are indeed signs for a people
who reflect.” (V30: 21)
Prof. Dr. Syaikh Abdulmalik bin Abdulkarim Amrullah (HAMKA)
menafsirkan Ayat 21, (Tafsir Al-Azhar Juzu’ ke 21, muka surat 84-85), di
antaranya seperti berikut:
“Tentang mawaddatan wa rahmatan. Cinta dan kasih sayang yang
tersebut dalam ayat itu, dapatlah kita menafsirkan bahwa mawaddatan yang kita artinya dengan cinta, ialah
kerinduan seorang laki-laki kepada seorang perempan dan seorang perempuan
kepada seorang laki-laki yang dijadikan
Allah thabi’at atau kewajaran dari hidup itu sendiri.
Tiap-tiap laki-laki yang
sehat dan perempuan yang sehat, senantiasa mencari teman hidup yang disertai
keinginan menumpahkan kasih yang disertai kepuasan bersetubuh.
Bertambah terdapat kepuasan
bersetubuh, bertambah termeterailah mawaddatan
atau cinta kedua belah pihak.
Oleh sebab itu maka
tidak ada salahnya dalam pandangan ajaran Islam jika kedua belah pihak suami
isteri membersihkan badan, bersolek, berharum-haruman, wangi-wangian, hingga
kasih mesra mawaddatan itu bertambah mendalam
kedua belah pihak.
Tetapi sudahlah nyata
bahwa syahwat setubuh itu tidaklah terus menerus selama hidup.
Apabila badan sudah mulai
tua, laki-laki sudah lebih dari 60 tahun dan perempuan sudah mencapai 50 tahun,
syahwat setubuh dengan sendirinya mulailah mengendor.
Tetapi kerana hidup
bersuami isteri itu bukan semata-mata mawaddatan,
bertambah mereka tua, bertambahlah kasih mesra kedua pihaknya bertambah dalam.
Itulah dia rahmatan yang kita artikan kasih
sayang. Kasih sayang lebih mendalam dari cinta.
Bertambah mereka tua bangka,
bertambah mendalam rahmatan kedua belah pihak.
Apatah lagi bila melihat anak-anak dan cucu-cucu sudah besar-besar, sudah dewasa,
bahkan sudah tegak pula ke tengah masyarakat.
Teranglah di sini bahwa
hubungan laki-laki dan perempuan adalah satu di antara ayat-ayat ALLAH TA’ALA atau satu di antara berbagai ragam kebesaran
Tuhan.”
Hari Isnin
23 Muharram 1438 Hijriyah
24 Oktober 2016
24 Oktober 2016