Friday, November 6, 2015

ADAB BERTANDANG


AYAT-AYAT AL-QURAN AL-KARIIM

ALLAH SUBHANAHU WATA’ALA  berfirman dalam Surah An-Nur, Ayat 27, Ayat 28 dan Ayat 29, maksudnya:

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu masuk ke dalam mana-mana rumah yang bukan rumah kamu, sehingga kamu lebih dahulu meminta izin serta memberi salam kepada ahlinya; yang demikian adalah lebih baik bagi kamu, supaya kamu beringat (mematuhi cara dan peraturan yang sopan itu).”   Ayat 27

“Maka sekiranya kamu tidak mendapati sesiapa (yang berhak memberi izin), maka janganlah masuk ke dalam rumah itu sehingga kamu diberi izin; dan jika dikatakan kepada kamu “baliklah”, maka hendaklah kamu berundur balik; cara yang demikian adalah lebih suci bagi kamu; dan (ingatlah) ALLAH Maha Mengetahui akan apa yang kamu lakukan.”   Ayat 28

“Tidaklah menjadi salah kamu memasuki (dengan tidak meminta izin) mana-mana rumah yang tidak didiami orang, yang ada keperluan kamu padanya; dan (ingatlah) ALLAH mengetahui akan apa yang kamu zahirkan dan apa yang kamu sembunyikan.”   Ayat 29 


HADIS-HADIS NABI SALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM

Daripada Huzail rahimahullah meriwayatkan bahawa Sa’ad radhiallahu ‘anh telah datang lalu berdiri tepat di hadapan pintu rumah Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk meminta izin (masuk ke rumah Baginda Sallallahu ‘Alaihi Wasallam) lalu Baginda Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda kepadanya, mafhumnya:

“(Janganlah kamu berdiri di hadapan pintu) sebaliknya berdiri di kanan atau di kiri pintu (kerana berdiri di hadapan pintu boleh menyebabkan kamu ternampak apa-apa yang ada dalam rumah sedangkan) meminta izin adalah semata-mata untuk mengelak daripada terlihat apa-apa yang tidak elok dalam rumah.”   (Abu Daud)

Daripada Abi Hurairah radhiallahu ‘anh meriwayatkan bahawa Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, mafhumnya:

“Apabila pandangan telah masuk ke dalam rumah (yang ditandang), maka meminta izin tidak memberi apa-apa makna yakni tiada faedah untuk meminta izin.”   (Abu Daud)


Hari Juma’at
24 Muharram 1437 Hijriyah
6 November 2015




Friday, October 2, 2015

MARAHKAN SEMUT




Peribahasa Melayu menyebut: “Marahkan nyamuk, bakar kelambu”.  Zaman sekarang ini bagi orang-orang yang tinggal di bandar-bandar jarang memakai kelambu lagi.  Kalau mereka marahkan nyamuk, mereka akan menggunakan semburan racun Aerosol (AE).

Peribahasa tersebut menunjukkan betapa bengisnya manusia apabila ia marah atas sesuatu perkara.  Ia tidak dapat menahankan lagi perasaannya dan ia sanggup melakukan apa sahaja untuk melepaskan perasaan marahnya itu, walaupun perbuatannya itu boleh merosakkan diri atau harta bendanya sendiri.

Peribahasa Melayu mengenai semut ialah: “Di mana ada gula adalah semut”.  Gula biasa disimpan orang di dapur.  Namun  tiada pula peribahasa yang menyatakan manusia “marahkan semut, bakar dapur”.

Walau bagaimanapun, bila seekor semut, sama ada semut merah, semut gatal, kerengga, semut hitam, semut tiong, semut api atau apa-apa lagi semut, manusia tidak dapat menahan marahnya.

Untuk melepaskan perasaan marahnya, manusia sanggup membakar semut-semut yang menggigitnya.  Misalnya seekor kerengga menggigitnya, maka ia akan membuat jamung api mencucuh sarang kerengga tersebut sehingga habis mati dan terbakar telur-telurnya.  Ada juga manusia membakar semut gatal atau semut api dengan menyiram minyak dan dibakar sarang semut-semut itu. Ganasnya manusia.

Islam tidak melarang manusia membunuh binatang-binatang atau serangga yang menjadi perosak kepada tanaman, makanan dan sebagainya ketika ianya melakukan kerosakan. 

Sungguhpun begitu, Islam melarang orang menyakiti dan menganiayai atau membunuh dengan api, haiwan atau serangga atau binatang-binatang kecil dan sebagainya, sepertimana tersebut dalam Hadis-Hadis berikut:


Dari Abdullah bin Mas’ud, dia berkata:

“Kami pernah bersama Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam satu perjalanan, lalu Baginda Sallallahu ‘Alaihi Wasallam pergi untuk melaksanakan hajatnya, kemudian kami melihat seekor burung yang berbulu merah dengan dua telurnya dan langsung kami mengambil kedua telurnya, kemudian datanglah burung  itu dan mengembangkan sayapnya.  Maka Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam datang dan bersabda: “Siapakah yang telah  menyakiti burung ini demi anaknya?  Kembalikanlah anak tersebut kepadanya.” 

(Sejurus itu) Baginda Sallallahu ‘Alaihi Wasallam melihat sarang semut yang telah kami bakar, lalu Baginda Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:  “Siapakah  yang membakar ini?  Kami berkata: “Kami.”  Maka Baginda Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “ Sesungguhnya tidak layak bagi sesiapapun untuk menyeksa dengan api, kecuali Dzat (Allah) yang memiliki api.”   (Sahih Sunan Abu Daud)


Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anh, dari Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam, sabdanya:

“ Seekor semut menggigit seorang Nabi di antara para Nabi-nabi, lalu Nabi tersebut menyuruh bakar sarang semut itu, lalu dibakarlah. 

Kemudian Allah Subhanahu  Wata’ala mewahyukan  kepadanya: “Hanya seekor semut yang menggigitmu, lalu engkau musnahkan suatu umat yang selalu membaca tasbih.”   (Sahih Muslim)



Hari Juma’at
18 DzulHijjah 1436 Hijriyah
2 Oktober 2015

Saturday, September 12, 2015

PHOTOS OF SANDSTORM RAIN AND TRAGEDY AT JEDDAH MADINAH AND MECCA






TRAGEDY AT MASJIDILHARAM


ARAB NEWS
Published — Friday 11 September 2015
Last update 12 September 2015 12:12 am

MAKKAH: Eighty-seven people died and 201 were injured when a crane collapsed inside the Grand Mosque in Makkah amid strong winds and heavy rains on Friday evening.

The crane, being used for ongoing expansion work, fell while heavy storms were lashing the city, said eyewitnesses. Lightning struck the crane before it collapsed, one of the eyewitnesses said.

Makkah Gov. Prince Khaled Al-Faisal ordered an immediate inquiry into the disaster. He reached the accident site soon after the tragedy occurred.

He urged authorities to provide the best treatment to the injured. Accordingly, a committee has been set up to investigate the tragedy.

The nationalities of the dead are yet to be ascertained.

Pakistan has confirmed that 14 of its nationals were injured in the crane crash.
Consul General Aftab Ahmed Khokher said: “We have confirmation of 14 injuries from among our nationals.”

He told Arab News that nine of the injured are being treated in one hospital and five in another.

He said his team is in Makkah and on the job. “They are visiting various hospitals to find out more details about Pakistani pilgrims,” he said.

The Bangladesh Consulate in Jeddah told Arab News that 25 Bangladeshis were injured. A senior diplomat from the mission said the consulate does not know whether the injured are pilgrims or workers. “Since it was a worksite, possibly the majority of them may have been construction workers.”

Mohammed Niyaz, an official from the Sri Lankan mission who deals with the island’s pilgrims, said no Sri Lankan pilgrim casualties were reported.

Indian Consul General B.S. Mubarak confirmed that nine Indians were among the injured.

“We have no reports of any fatalities among Indians at the moment,” he told Arab News from Makkah.

He said the Saudi authorities quickly took control of the situation.
“They closed some entry points into the Grand Mosque, but many gates remained open,” he said. “I prayed Isha at the Grand Mosque and everything was normal.”

Mubarak, who has been camping in Makkah to look after Indian pilgrims for the past week, said pilgrims inside the mosque were busy in prayers. “There is no panic at all,” he said. He said a crane came crashing down just before Maghreb. “Part of it fell into the mataf area,” he said. “When I went in there were shards of glass and pieces of concrete in one particular area.”

Mohammed Wakeel, a pilgrim from Parbhani, India, said the weather was very bad before Maghreb. “The winds were blowing at a ferocious speed and it felt like a cyclone was on the way. Minutes later, the clouds opened. There was heavy rain. It was frightening and then the streets of Makkah were filled with rainwater,” he told Arab News from Makkah. “It all happened in a matter of minutes.”

Malaysian media reported that six Malaysians were among the injured.
A Malaysian diplomat in Jeddah, however, told Arab News that there was no official confirmation about injured Malaysians.

Sheikh Abdul Raheem, who was in Makkah at the time of the incident, said he and his colleagues had just finished their Asr prayers when the incident happened.

“There was a huge sandstorm followed by thunder, lightning and then heavy downpour.

“We went inside the new Haram, and suddenly lightning struck one of the cranes. It crashed with all the steel and hit one of the pillars of the new haram and fell into the mataf,” he said, recalling with horror how debris fell only a few meters from them. “We saw people dying before our eyes in the mataf area.”

Iqbal Hossain, who had gone to Makkah from Riyadh to see his parents who came from Dhaka, told Arab News: “I was outside the mosque … and I heard a loud sound.” Then he heard the sirens of the ambulances and Civil Defense vehicles, he said, adding that rescue teams immediately arrived on the scene and rushed the injured to the nearest hospitals. A video clip taken at the time of the tragedy showed pilgrims shouting Allah-o-Akbar (There is no God but Allah!)
The Civil Defense deployed more than 15 teams in addition to officials from the Saudi Red Crescent Authority and their vehicles.

Pakistan Ambassador Manzoor Ul Haq said that he was deeply saddened. “We pray for all those who died in the incident and wish those injured a speedy recovery,” the envoy said, adding that all affected were Muslims and everyone has to sympathize with them.

In view of the anticipated rains, citizens and visitors to Makkah were earlier advised to stay away from streams and pools of water.

Brig. Ahmed Duluubi, chief of Civil Defense in Makkah, said his agency had made all preparatory arrangements for any emergencies based on the weather reports issued by the Presidency of Meteorology and Environment.

The Presidency of Meteorology and Environment predicted on Friday heavy rainfall, continuous thunderstorms accompanied by rising dust and dusty winds which were likely to limit visibility in areas such as Asir, Jazan, Al-Baha, Makkah and Madinah, while the sky was partly cloudy with a chance of rain in Hail, Qassim, Al-Jouf and Tabuk.

Last year, floods caused by torrential rain swept through parts of Makkah and Hail killing two people and injuring several others. The inclement weather also caused power cuts and damaged hundreds of cars across Makkah neighborhoods.




Hari Sabtu
28 Dzulkaedah 1436 Hijriyah
12 September 2015





Friday, September 4, 2015

MINTA SELAMAT TATKALA MENGANDUNG


Allah Ta’ala berfirman dalam Surah Al-A’raaf, Ayat 189 dan Ayat 190, maksudnya:

“Dialah (Allah) yang menciptakan kamu semua dari (hakikat) diri yang satu dan Dia (Allah) mengadakan daripada hakikat itu pasangannya (diri suami isteri),  untuk bersenang hati dan hidup mesra yang satu kepada yang lain. Ketika suami mencampuri isterinya,mengandunglah ia dengan kandungan yang ringan (maksudnya masih dalam peringkat permulaan, belum terasa sakitnya atau beratnya), serta teruslah ia dengan keadaan itu (kesuatu waktu). Kemudian ketika ia merasa berat (dan menaruh bimbang) berdoalah suami isteri itu kepada Tuhan mereka (dengan berkata):  “Sesungguhnya jika Engkau (wahai Tuhan kami) mengurniakan kami nikmat yang baik (maksudnya anak yang cukup sifatnya [tidak cacat] lagi layak berusaha dan beribadat dan juga maksudnya selamat bersalin), tentulah kami menjadi dari orang-orang yang bersyukur.”   Ayat 189

Kemudian ketika Allah mengurniakan kepada keduanya nikmat yang baik (sebagaimana yang mereka pohonkan), mereka berdua menjadikan sekutu bagi Allah dalam urusan wujudnya nikmat yang dikurniakan Allah kepada mereka.  Maha Suci Allah dari apa yang mereka sekutukan itu.”  Ayat 190


Lumrahnya setiap ibu yang mengandung samada ia seorang Islam atau kafir akan berdoa agar ia mendapat anak yang sihat dan sempurna.  Kerisauan ibu yang mengandung itu akan mendorongnya untuk berdoa meminta supaya anak yang dikandungnya itu sempurna kelahirannya.    

Bagi orang kafir dan orang-orang yang serupa pemikirannya dengan kafir akan berusaha dengan berbagai macam cara untuk memastikan anak dalam kandungan mereka selamat samada melalu doktor, makan ubat-ubatan, meminta pertolongan dukun, kahin, singse, menjaga makanan, menjaga segala pantang larang tahayul-tahayul dan sebagainya.  Misalannya, suami tidak dibenarkan memburu binatang, tidak memancing ikan dan apa sahaja yang mereka sangka boleh memberi kesan buruk kepada anak dalam kandungan isteri mereka.

Sesudah ibu-ibu itu melahirkan anak yang sihat dan sempurna, maka bagi orang-orang kafir dan orang-orang yang serupa dengan mereka akan bertambah-tambah kafirnya dan sombongnya terhadap Allah Ta’ala kerana mereka menganggap bahawa kelahiran anak mereka yang sihat dan sempurna itu adalah hasil daripada usaha-usaha dan pertolongan orang-orang yang pernah mereka meminta pertolongan atau hasil daripada pemakanan yang mereka makan.

Begitu juga bagi orang-orang Islam Peranakan yang lebih banyak bergantung kepada tahayul-tahayul, juga akan berkata demikian sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang kafir tersebut, maka mereka telah menyekutukan Allah Ta’ala dengan yang lain dan tidak bersyukur di atas nikmat yang Allah Ta’ala telah kurniakan kepada mereka.

WALLAHU A’LAMU BISSAWAB.



Hari Juma’at
20 Dzulkaedah 1436 Hijriyah
4 September 2015


Friday, August 21, 2015

ALQURAN PEMBELA


Daripada Abu Malik Asy’ari radhiallahu ‘anh meriwayatkan bahawa Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, mafhumnya:

“Wuduk itu separuh daripada iman.

Ucapan “Alhamdulillah” menyebabkan timbangan amalan penuh dengan pahala.

Ucapan “SubhanAllah” dan “Alhamdulillah” menyebabkan  ruang antara langit dan bumi penuh dengan pahala.

Solat ialah nur.

Sedekah ialah bukti,

dan sabar ialah cahaya,

dan AlQuran ialah pembela kamu ataupun pendakwa bagi kamu (yakni sekiranya kamu membacanya dan beramal dengannya maka AlQuran itu akan menjadi sebab keselamatan untuk kamu dan sekiranya tidak, maka AlQuran itu akan menjadi sebab azab untuk kamu.)”  (Muslim)


Keterangan:

Hadis ini menyatakan bahawa wuduk ialah separuh daripada iman kerana iman merangkumi pembersihan batin dan pembersihan zahir.  Yakin membersihkan batin daripada kekotoran kufur dan syirik daripada hati manakala wuduk pula membersihkan anggota daripada kekotoran hadas dan najis.  Salah satu maksud daripada kenyataan bahawa solat itu nur ialah solat mencegah daripada perbuatan dosa dan keji sebagaimana cahaya menjauhkan kegelapan. 

Maksud yang lain ialah pada hari kiamat wajah orang bersolat akan bercahaya dan demikian juga di dunia ini wajah orang yang bersolat kelihatan segar dan ceria.

Maksud ketiga ialah solat akan menjadi nur menerangi kegelapan kubur dan hari kiamat.

Maksud daripada kenyataan bahawa sedekah merupakan bukti ialah harta biasanya sangat dikasihi oleh manusia, apabila seseorang itu sanggup membelanjakan hartanya di jalan ALLAH SUBHANAHU WATA’ALA dan memberi sedekah, maka perbuatannya memberi sedekah itu menjadi tanda dan bukti  tentang kebenaran imannya kepada ALLAH TA’ALA.

Maksud daripada kenyataan bahawa sabar itu cahaya ialah seseorang yang bersabar iaitu seseorang yang rela menanggung kesusahan mentaati perintah ALLAH TA’ALA dan rela menanggung kesusahan meninggalkan larangan ALLAH TA’ALA serta rela menanggung kesusahan-kesusahan yang lain, maka dia ialah seorang yang memiliki cahaya hidayah dalam hatinya.  (Nawawi: Mirqat)


  
Hari Juma’at
6 Dzulkaedah 1436 Hijriyah
21 Ogos 2015


Friday, August 7, 2015

PEMBACA ALQURAN TANPA KEBAIKAN


Daripada ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma meriwayatkan bahawa pada suatu malam semasa di Mekah Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam telah berdiri lalu bersabda sebanyak tiga kali, mafhumnya:

“Ya ALLAH!  Adakah aku telah sampaikan?” 

Lalu Sayyidina ‘Umar radhiallahu ‘anh yang merupakan seorang yang banyak mengadu kepada ALLAH TA’ALA pun bangun dan berkata:

“Ya. (Saya menjadikan ALLAH TA’ALA sebagai saksi bahawa tuan telah menyampaikannya).  Tuan (Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam) telah mendorong orang ramai ke arah Islam, tuan telah berusaha bersungguh-sungguh untuk itu dan telah  memberi nasihat untuk umat.”

Kemudian Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

“Sesungguhnya keimanan pasti akan terus mengatasi keadaan sehingga ia akan mengembalikan kekufuran ke tempat asalnya.  Kamu pasti akan meredah lautan untuk mengembangkan Islam. 

Dan pasti akan datang kepada manusia satu zaman yang mereka akan mempelajari Al-Quran dan mereka akan membacanya dan mereka akan berkata: “Kami telah membacanya dan telah memahaminya maka siapakah yang lebih baik daripada kami?”

Lalu Baginda Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda kepada para sahabatnya:

“Apakah mungkin ada apa-apa kebaikan pada mereka itu? (Yakni pada mereka tidak ada sebarang kebaikan pun, sedangkan mereka berkata siapakah yang lebih baik daripada kami.)”

Para sahabat radhiallahu ‘anhum bertanya:

“Siapakah mereka itu, Ya Rasulullah?”

Baginda Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

“Mereka adalah daripada kalangan kamu sendiri yakni mereka ialah daripada kalangan umat ini dan merekalah yang akan menjadi kayu api neraka.”  (Tabarani: Majma’ uz-Zawa’id)


Daripada ‘Abdullah bin ‘Amr radhiallahu ‘anhuma berkata bahawa Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, mafhumnya:

“Berapa ramai orang yang berilmu tetapi tidak mempunyai kefahaman agama (kefahaman yang sepatutnya ada bersama ilmu tetapi tidak dimilikinya). 

Sesiapa yang tidak mendapat manfaat daripada ilmunya maka kejahilannya akan memudaratkannya. 

(Sebenarnya) kamu akan sentiasa dianggap sebagai pembaca Al-Quran selagi Al-Quran mencegah kamu (daripada dosa dan perbuatan keji) dan apabila Al-Quran tidak lagi mencegah kamu maka pada hakikatnya kamu tidak dianggap sebagai orang yang membacanya.”  (Tabarani: Majma’ uz-Zawa’id)



Hari Juma’at
22 Syawal 1436 Hijriyah
7 Ogos 2015